Cawapres 2024: Elektabilitas Amran Sulaiman Muncul Signifakan, Arqam Azikin Sebut Masih Banyak Tokoh Lain di Indonesia Timur

waktu baca 3 menit
Elektabilitas Amran Sulaiman Muncul Signifakan, Pengamat Sebut Kerja Metodologinya Belum Terukur

bukabaca.id, Makassar – Andi Amran Sulaiman beberapa hari belakangan ini menjadi topik pembahasan di beberapa ruang diskusi, setelah hasil survei Index Indonesia mencatut nama Menteri Pertanian RI (2014-2019) sebagai figur bakal Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang memiliki elektabilitas tinggi.

Hal tersebut disambut ramai oleh masyarakat, dengan berbagai fenomena argumen dan gagasan di ruang publik termasuk media sosial. Salah satunya datang dari Pengamat Politik Kebangsaan Arqam Azikin.

“Menurut saya ini masih butuh perdebatan, karena masih banyak juga tokoh-tokoh lain yang bisa jadi perhatian di Indonesia timur,” ujar Arqam pada video pribadinya yang beredar ramai di grup WhatsApp, Sabtu (11/9/2021) kemarin.

Dalam videonya, ia juga menyebut ada mantan Gubernbur Sulawesi Selatan yang bisa bersaing nantinya.

“Syahrul Yasin Limpo, Anis Matta, Lanyalla Mattaliti dan Rahmat Gobel yang gambarnya juga telah beredar di mana-mana,” tambahnya.

Klaim Data Index Indonesia, menempatkan pada posisi teratas jika Amran Sulaiman dipaketkan dengan Gubernur DKI Jakarta atau Gubernur Jawa Tengah dianggap terlalu terburu-buru.

“Tiba-tiba ada lembaga yang mengklaim datanya katanya bisa mengangangkat naik posisi Anis Baswedan atau Mas Ganjar bila dipaketkan dengan Amran Sulaiman, aduh terlalu dini rasanya,” ketus Arqam.

“Analisa datanya tidak rasionallah kalau mau menganalisa seperti itu, kerja metodologi saja belum terukur, tim di bawahpun tidak ada, kok tiba-tiba bisa jadi cawapres kuatlah membandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.

Menurut Arqam Azikin, kerja perdana yang harus dilakukan oleh Pak Amran jika ingin menjadi Cawapres perlu keseriusan.

“Pertama ganti metodologi, metodologinya digantilah yang berbulan bulan saya perhatikan dari kemarin itu, 6 bulan terakhir bahkan lewat enam bulan itu dikerjakan hanya dengan klaim link berita, ulasan, mengangkat person,” urainya lagi.

menurut Arqam, pola tersebut dianggap tidak cocok untuk sekelas mantan Menteri.

“Itu tidak cocok lagi dalam metodologogi komunikasi politik untuk sekelas Cawapres, kalaun mau jadi calon bupati yah mungkin bolehlah dengan cara-cara tidak relevan tersebut. Ini selevel Menteri, Pak Amran harus ganti metodologi,” jelas Arqam.

Selain itu, Pengamat juga menyarankan Lembaga juga diganti kalau memang sudah ada lembaganya.

“karena apa yah? berbulan-bulan saya rasa tidak ada kemajuan apa-apa,kalau diukur dari rekam jekak proses untuk menuju sosok cawapres. Apalagi kalau mau dibandingkan dengan tokoh lain, masih banyak sosok lain yang lebih menarik,” tambah Arqam.

“Lanyalla Ketua DPD RI, kemudian Rahmat Gobel Wakil Ketua DPR RI Kemudian ada Syahrul Yasin Limpo Menteri pertanian, Anis Matta Mantan Wakil Ketua DPR RI yang juga ketua Partai Gelora, menurut saya pak Amran kalau serius jangan hanya jadi konsumsi berita di sosmed ini metode pilkada ini,” tegasnya.

Arqam Azikin menyoal metode yang digunakan, harusnya metodenya naik minimal naik 2 atau 3 level keatas.

“Karena pak Amran adalah mantan menteri pertanian akan dibuka rekam jejaknyanya pantaskah jadi cawapres Indonesia,” sambungnya.

Tokoh yang disebutkan Arqam menganggap tidak kurang juga reputasinya bahkan rekam jejaknya bisa ditelisik untuk dibandingkan dengan pak Amran.

“Ingat cawapres tidak bisa hanya mengandlakan duit dan mantan pejabat atau bahkan masih menjabat tapi lebih dari itu harus membumi ke bawah, metodolologinya, komunikasi politiknya dan komunikasi pubkliknya,kerja taktis politik lapangannya, jaringan-jaringan elit dan jaringan ke bawah,” urai Arqam sebagai Pengamat yang aktif mengikuti berbagai fenomena politik.

“Menurut saya data yang ada sekarang tidak layak untuk menjadi pertimbangan menjadi calon Wakil Presiden,” tutupnya. (Arman Jaya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *