Indonesia Krisis Literasi

waktu baca 3 menit
Syamsuddin Prayogo, S. Pd ( Pemerhati Intelektual)

bukabaca.id – Indonesia tengah mengalami krisis literasi atau darurat literasi membaca yang tak lain adalah para generasi penerus bangsa. Gambaran pemuda hari ini adalah wujud bangsa untuk kedepannya karena hampir segala bentuk pengetahuan di peroleh melalui kegiatan membaca.

Berdasarkan hasil survei organisasi pendidikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO) yang dirangkum dalam laporannya tahun 2016, negara Irlandia menduduki peringkat pertama dunia dengan tingkat literasi paling tinggi. Sedangkan Indonesia hanya peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei.

Bahkan menurut data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku sebanyak tiga hingga empat kali dalam seminggu, dengan menghabiskan waktu 30-60 menit per hari. Dengan demikian, jika dikalkulasikan  jumlah buku yang dibaca hanya 5 hingga sembilan buah per-tahunya.

Hal tersebut tentu bukan hal yang membanggakan. Penyebab rendahnya minat baca adalah akibat arus digitalisasi atau disebut revolusi industri 4.0. Hampir seluruh kegiatan belajar ada pada gengaman manusia atau gedget.

Dari uraian diatas, tentu menjadi tanda tanya besar mengapa minat baca masyarakat masih rendah di era yang serba simpel ini. Jawaban dari semua itu tidak lain karena belum ada formulasi yang cocok dengan karakter generasi milenial atau generasi z dengan sajian bacaan yang terkesan panjang dan bertele tele ditambah sajian bacaan yang kurang menarik. Selain itu, para milenial di era 4.0 ini tak mudah mengerti ketika membaca dari hal banyak sajian formulasi  baru atau dari kata lain mereka mengonsumsi bacaan sesuai dengan lidah generasi milineal yaitu bacaan pendek tapi jelas, tepat dan pendeknya mudah di pahami bahkan semenarik mungkin.

Sebagai penerus bangsa, patutnya generasi milenial yang hidup di era pesatnya perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi, harus kita jaga bersama karena mereka adalah harapan bangsa Indonesia dimasa yang akan datang.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan minat baca masyarakat terutama generasi milenial hari ini. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini juga memberikan gambaran solusi bagaimana meninkatkan minat baca para generasi milenial.

Salah satu upaya yang lakukan dalam penguatan literasi adalah kolaborasi inspiratif dan inovatif dengan membuat semacam kedai kecil yang tersedia minuman dan makanan . Tak hanya itu, juga tersedia grobak baca dan tempat kajian bagi mahasiswa yang berbelanja maupun yang tidak. Dengan sajian buku yang sesuai dengan kebutuhan fakultatif mahasiswa, serta mengaktifkan kajian yang bersifat umun maupun fakultatif guna membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas kuliahnya. Salah satu keunggulan kedai ini adalah mahasiswa tidak merasa tertekan seperti belajar di kelas.  Nilai tambahnya minum, makan dan membaca buku bahkan kajian gratis diharapkan akan meningkatkan literasi baca dan minat belajar para generasi muda penerus bangsa.

Oleh karena itu, melihat kondisi fisik pojok kampus dan ketersedian buku yang masih kurang maka besar harapan pemerintah memberikan perhatian penuh memberikan perhatian penuh pada pojok kampus dan grobak baca makan sama halnya dengan memperhatikan literasi baca generasi muda kita.

Penulis : Syamsuddin Prayogo, S. Pd

( Pemerhati Intelektual)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *