Rencana Penghapusan BBM Subsidi Awal 2022, BP ISMEI: Ini Bukan Soal Isu Lingkungan

waktu baca 4 menit
Badan Pimpinan ISMEI (2021-2023), Mauldan Agusta Rifanda.

bukabaca.id, Jakarta – Rencana Pemerintah menghapus BBM bersubsidi premium awal tahun 2022 di Indonesia, menuai pro dan kontra di Masyarakat, salah satunya dari Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI). Melalui penguatan analisis ekonomi untuk menimpa isu lingkungan sebagai alasan utama pemerintah dalam menghapuskan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.

Badan Pimpinan ISMEI (2021-2023), Mauldan Agusta Rifanda, menegaskan jika benar penghapusan tesebut karena Pemerintah ingin memperbaiki kualitas lingkungan hidup dengan memperbaiki kualitas bahan bakar dan mengurangi emisi karbon maka pemerintah harus tetap menyediakan BBM dengan harga murah dan terjangkau bagi rakyatnya.

“Jangan sampai pemerintah mengelabui masyarakatnya dengan isu lingkungan hidup, padahal sebenarnya motif penghematan ekonomi. Menyediakan bahan bakar minyak yang terjangkau bagi rakyatnya adalah tanggungjawab pemerintah, jangan sampai penghapusan BBM Premium malah menambah beban di tengah masyarakat hari ini,” keluh Maul.

Menurut aktivis asal Universitas Lampung (Unila), menilai bukan masalah lingkungan, tapi tepatnya ini masalah penghematan anggaran dengan motif komersil yang dibungkus sedemikian rupa dengan isu lingkungan, seperti kita ketahui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) membengkak, di masa pandemi ini, utang Pemerintah mencapai Rp. 6.711 Triliun, di sisi lain pemerintah diminta untuk menurunkan tingkat defisit anggaran dibawah 3% hingga tahun 2023.

“Jelas pemerintah akan melakukan segala upaya untuk penghematan,  namun masalahnya apakah penghemat harus dilakukan dengan cara penghapusan BBM bersubsidi? kan tidak. Masih banyak cara lain yang tidak berhubungan dengan barang kebutuhan yang digunakan masyarakat banyak, sehingga tidak menimbulkan gejolak di tengah masyarakat, misalkan dengan relokasi anggaran yang lain seperti belanja barang pemerintah, belanja pegawai pemerintah, belanja pembayaran bunga utang,” jelas Maul melalui keterangan tertulisnya, Jumat, (31/12/2021).

Badan Pimpinan yang menaungi 202 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Ekonomi se Indindonesia, juga mengingatkan pemerintah untuk fokus memperbaiki sektor hulu dan membangun kilang-kilang minyak,

“Sehingga impor BBM dapat dikurangi dan mampu menyediakan BBM terjangkau untuk kesejahteraan rakyat. Jadi jangan jadikan isu lingkungan sebagai tameng pemerintah, jika benar Peduli lingkungan kenapa pemerintah melakukan Banding terhadap tuntutan 32 orang Masyarakat yang menggugat pemerintah tentang polusi udara Jakarta?,” tanyanya.

Penghapusan BBM subsidi tanpa menyediakan BBM Bersubsidi dengan harga terjangkau bagi masyarakat, dianggap kejahatan yang terstruktur

“Kenapa saya bilang terstruktur?, menurut pemerintah kesadaran masyarakat terhadap penggunaan BBM ramah Lingkungan meningkat karena penggunaan BBM jenis premium di tengah masyarakat berkurang. Berdasarkan data Pertamina, November 2020, konsumsi BBM Nasional terbesar adalah jenis Pertalite sekitar 63%, lalu Premium 23%, Pertamax 13% dan Pertamax Turbo 1%.,” terang aktivis asal Lampung.

Berkurangnya penggunaan premium di tengah masyarakat, dianggapnya bukan karena kesadaran masyarakat, namun kondisi di lapangan memang tahun 2021 distribusi Premium dikurangi pemerintah sehingga langka, lalu masyarakat beralih ke pertalite, namun miris, argumentasi yang dibangun pemerintah seolah-olah penggunaan Premium turun.

“Jelas ini adalah motif yang sangat tersruktur, jangan sampai masyarakat dan mahasiswa semua luput mengawasi pemerintah sehingga skema penghapusan yang seperti ini akan terjadi lagi di penghapusan solar, pertalite atau mungkin BBM lain kedepannya,” imbuh Maul, yang juga aktivis HMI Cabang Lampung.

“Jika motif lingkungan bukan akal-akalan pemerintah maka Pengahpusan BBM Premium harus diimbangi dengan penurunan harga BBM jenis lainnya, seperti Pertalite dan Pertamax agar kebutuhan masyarakat terhadap BBM murah dapat terpenuhi dan kepentingan pemerintah dalam menjaga lingkungan pun tetap bisa dijalankan,” tegas Pimpinan ISMEI yang terpilih melaui Kongres Nasional XV.

Mauldan Agusta, lebih jauh menagatakan jika penghapusan tidak diimbangi penurunan harga dan kebiijakan pemerintah yang pro terhadap masyarakat, maka jelas sedang mengakali  masyarakatnya dan itu pasti sangat memberatkan masyarakat kelas menengah kebawah apalagi ditengah pandemi hari ini daya beli masyarakat belum pulih, gas LPG non-subsidi naik, harga kebutuhan pokok naik, tarif listrik diusulkan naik, tarif PPN naik menjadi 11% dari sebelumnya 10%.

Jangan sampai kebijakan pemerintah tidak pro terhadap rakyat, menimbulkan kemiskinan dan ketimpangan di Masyarakat semakin tinggi, lanjut Maul.

“Pemerintah di era hari ini mestinya bisa lebih pro terhadap masyarakat, karena kita memiliki anggota DPR RI juga yang sebagian besar merupakan partai pendukung pemerintah, harusnya masyarakat diuntungkan karena perwakilannya merupakan sebagian besar dan sangat mudah mendorong persetujuan secara kolektif untuk tidak menghapus BBM bersubsidi maupun memberikan subsidi kepada BBM yang ramah lingkungan hal itu semata-mata demi memperjuangkan hak rakyat dan mendukung pemulihan konsumsi rumah tangga,” harap Maul.

Kebijakan seperti ini, dikatakannya pernah terjadi di era pemerintahan sebelumnya dan DPR RI secara kolektif mampu menggagalkan niat tersebut karena kepedulian terhadap masyarakat yang diperjuangkanya sebagai wakil Rakyat yang ada di Parlemen.

“Jika pemerintah tetap menghapus Premium tanpa diimbangi penurunan harga BBM lainnya serta tidak diiringi kebijakan lain yang pro terhadap masyarakat, maka ISMEI yang membawahi 200 BEM Ekonomi se Indonesia akan menghimpun seluruh Lapisan elemen masyarakat dan mahasiswa untuk turun kejalanan,” kunci Mauldan Agusta Rifanda.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *