23 Tahun Ujungpandang Ekspres, Hampir Bernama Makassar Ekspres

waktu baca 3 menit
Andi Pasamangi Wawo.

BukaBaca.id, Makassar – 23 tahun dalam posisi ‘lansia’ seperti saya, terasa kejadiannya baru kemarin .

Masih teringat jelas ketika peluncuran perdana, di salah satu restauran ternama di Makassar, saya didaulat memberi sambutan atasnama Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Selatan.

Sebagai Wakil Ketua, kala itu saya mewakili H. Syamsu Nur yang saat itu posisinya sebagai ‘pemilik’ media sekaligus ‘tuan rumah’ yang juga ikut beri sambutan.

“Pak Andi saja yang Wakili saya,” perintah pak Ancu, panggilan akrab Ketua PWI Sulsel.

Tentu saya sedikit risih karena acara tersebut dihadiri ‘bigbos’ FAJAR grup, HM.Alwi Hamu, mantan Ketua PWI Sulsel yang saat itu menjabat Ketua PWI Pusat Bidang Pendidikan. Beliau datang mewakili Ketua Umum PWI Pusat H. Tarman Azzam.

Sambutan saya saat itu, selain beri selamat, saya juga sangat berharap media Ujungpandang Ekspres mampu menjadi media ‘info bisnis’ terdepan yang bisa menggerakkan percepatan pembangunan dengan penyajian berita yang selalu ‘merangsang’ perputaran ekonomi di Sulsel, khususnya Makassar sebagai ‘pintu gerbang’ Indonesia Timur.

Di tengah pidato, saya nyaris mengungkap niat awal pak Alwi Hamu, bahwa beliau pernah mengemukakan hasratnya kepada saya untuk membuat koran harian lagi, bernama MAKASSAR EKSPRES. Tapi karena saya mewakili organisasi, niat ini saya urungkan. Dan kini, baru ada niat membuat ‘catatan pinggir’ ini.

Ceritanya, ketika Pak Alwi mengganti pak Rahman Arge jadi Ketua, kantor PWI Sulsel, masih di kawasan Pantai Losari, Jalan Penghibur No.1 ( depan MGH ). Di sana, juga berkantor Redaksi Suratkabar Pos Makassar, milik seorang Tokoh Pers, Rahman Arge yang dipimpin seorang Wartawan senior, Andi Tonra Mahie dimana saya dipercaya sebagai Pemred sehari hari media cetak yang ‘layout’nya mirip Pos Kota Jakarta itu.

Karena ‘satu atap’ Sekertariat PWI Sulsel, tentu bertemu dengan pak Alwi, sangat mudah. Bahkan, hampir setiap saat.

Sekali waktu, saya lupa hari tanggal.dan bulannya, tapi yang jelas, hari hari terakhir kami berkantor di sana karena ada ‘ruislag’ gedung yang diprakarsai mantan Gubernur, alm HZB Palaguna. Sekartariat PWI Sulsel, akan pindah dan berkantor di kawasan Panakukang, jalan
AP Pettarani No.31.

Pak Alwi saat itu bertandang ke meja kerja di ruangan saya dan bertanya: “Kamu terlihat rajin. Di sini, berapa gajimu. Kalau berkenan, saya rencana mau ngajak gabung di koran yang nanti saya beri nama Makassar Ekspres”.

Saya tak langsung menjawab karena yang tiba tiba terlintas sekilas raut wajah muram, Wartawan senior Andi Moeing MG owner Mingguan ‘Makassar Press’.

“Jangan ki tawwa, pak. Makassar Press bisa mati kalau pakai ki nama itu,” jawaban spontan saya seolah refleks tanpa melalui otak perintah. Terus terang, saya tak sadari kalau yang saya hadapi Ketua dan senior saya.

Sesaat saya menunggu reaksi dan saya sudah siap terima resiko karena ‘kelancangan’ saya.

Tanpa butuh waktu, pak Alwi langsung menjawab dengan senyum ramahnya yang khas. Ternyata dia tak marah. Saya mendapat kesan awal tentang pribadi Ketuaku yang siap terima saran: “Oh yaaa…. saya tidak sempat berfikir dampaknya, Ndi”.
Menurutnya, yang ingin dia “jual” hanya kebesaran Makassar.

“Kalau begitu, Ujungpandang Ekspres mo, dii”, tambahnya mengalir tanpa mengernyitkan dahi mencari ‘trademark’.

Pembicaraan itu tak berlarutlarut, karena tawaran beliau saya jawab: ” Nanti saya lihat, karena rasanya berat meninggalkan media yang telah membesarkan saya pak Ketua”.

Dan ternyata, tahun 2000, niat pak Alwi jadi kenyataan. Soalnya saat itu, membuat media cetak apalagi terbit harian bukan persoalan mudah. Syaratnya terlalu bertumpuk dan membuang waktu.

Kini, masa itu telah berlalu, 23 tahun. Sayapun baru sadar kalau usia saya ikut bertambah dan selama belasan tahun saya terdaftar sebagai wartawannya.

Nah, selamat berjuang Pak Dirut, adinda Buyung Maksum dan Crew Harian UJUNGPANDANG EKSPRES. Semoga Upeks ku, Upeks mu dan dan Upeks kita semua tetap eksis di Era digitalisasi ini. DIRGAHAYU.

“Alfatihah untuk para senior saya, Almarhum bapak Tarman Azzam, Rahman Arge dan Andi Moeing MG,”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *