Corona Berimbas: Ranjang WTS Sepi, Pisang Rebus Jadi Penyambung Hidup

waktu baca 2 menit
Ilustrasi. (Foto: Tribun News).

bukabaca.id, Lewoleba – Mawar (38). Sebutlah demikian nama samarannya. WTS di Kota Lewoleba, Nusa Tenggara Timur ini terpaksa menyambung hidup dengan pisang rebus.

Bukan tanpa sebab, WTS asal Jawa ini memilih pisang rebus sebagai penyanggal perut akibat dampak Covid-19 yang melanda bumi pertiwi, Indonesia. Bahkan terhitung sejak beberapa bulan terakhir.

“Untuk makan sehari-hari pun kadang kami terpaksa mengonsumsi beberapa buah pisang mentah yang direbus hanya untuk menahan rasa lapar,” ungkap Mawar sambil meneteskan air mata, seperti dikutip dari Merdeka.com Juma’at (22/5/2020).

4 bulan terakhir, Pemerintah Indonesia disibukkan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Memang benar adanya, perkara virus Corona harus disikapi dengan serius baik pihak berwajib. Masyarakat apa lagi. Mawar, dengan kondisi pembatasan gerak atau phsycal distancing oleh pemerintah membuat si hidung belang tidak bisa ‘jajan’ di luar rumah. Kondisi ini tentu berdampak pada penghasilan Mawar. Ia harus menguras isi dompet untuk membayar kos, utang, mengirimkan uang untuk orang tua, bahkan untuk urusan perut sehari-hari, apalagi.

Apa yang dirasakan Mawar satu dari sekian banyak derita yang dialami WTS di NTT. Sebutlah Melati, demikian juga nama samarannya.

Segendang sepenarian Mawar, yakni Melati. Sejak virus Corona merebak, ia mengaku kerap menolak pelanggannya. Sebab utama tak lain gegara penyebaran virus asal Wuhan, China tersebut begitu mudah menjangkiti orang. Ia takut pelanggannya membawa penyakit yang entah kapan berkesudahan, Corona.

“Biasanya semalam bisa dapat satu atau dua pelanggan. Tetapi, akhir-akhir ini tidak ada sama sekali. Ada juga yang nekat datang, hanya kami tolak,” ungkap Melati.

Mawar dan Melati kini hanya bisa pasrah dengan kondisi saat ini. Bisnis prostitusi tertutup dan WTS yang menggantungkan hidup di tempat itu ikut kena imbas Corona. Pisang rebus pun demikan jadi pilihan terakhir untuk menyambung hidup. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *