Bangkitkan Kembali Seni Budaya Lokal di Gowa Agar Tidak Punah
BukaBaca.id, Gowa – Pernahkah Anda menonton pertunjukan seni baik secara langsung maupun yang tersebar banyak di media online? Kira-kira apa yang terlintas di pikiran Anda? Mengapa mereka mengadakan kegiatan itu? Untuk hiburan kah Lomba kah? Atau bagian dari pelestarian budaya lokal? Iya, betul.
Ketiganya sudah betul. Kegitan-kegiatan tersebut merupakan pertunjukan seni guna mempertahankan dan melestarikan seni budaya lokal agar tidak mengalami kepunahan khususnya yang ada di wilayah Gowa, Sulawesi Selatan.
Adjie Bau dg. Sila, Penggagas sekaligus Pembina komunitas Seni Allasa’ memberi ruang kepada masyarakat terutama generasi muda yang ingin belajar dan mengenal budaya-budaya lokal di Gowa dengan mendirikan komunitas seni. Komunitas itu didirikan 5 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2018. Allasa’, komunitas yang ia dirikan ini diambil dari kata Jenetallasa yang artinya sumber-sumber air. Daeng Sila, sapaan akrabnya, ia mengatakan air adalah kehidupan.
Pendiri komunitas Allasa’ ini menuturkan bahwa sangat penting melestarikan budaya lokal karena menurutnya orang Gowa menjadi salah satu simbol yang masih kental dengan budaya dan tradisinya seperti tradisi Angngaru.
Hal ini penting untuk diwariskan terutama ke generasi selanjutnya supaya tidak melupakan budaya yang menjadi ciri khas Kabupaten Gowa.
“Sangat penting bagi saya karena itu salah satu simbol kalau kita adalah orang Gowa karena salah satu kesenian di Gowa itu Angngaru kita bisa perkenalkan ke adik-adik kita supaya tidak melupakan budaya,” kata Adjie Bau dg. Sila.
Penggagas sekaligus Pembina Komunitas Seni Allasa’ itu mendidik para anggota dengan mengajarkan semua item-item kebudayaan. Bahkan lebih hebatnya rata-rata anggota dari
Komunitas Allasa’ itu dapat membawakan Aru atau orang Bugis-Makassar biasa menyebutnya dengan “Pangngaru”.
“Rata-rata yang di komunitas itu bisa angngaru karena setiap anggota itu diajarkan semua item-item kebudayaan. Seni yang dipelajari itu angngaru, ada macam-macam tari terus
bermain musik juga. Pokoknya segala kesenian yang ada di Gowa sedikit-sedikit adik-adik bisa,” imbuhnya.
Ia menambahkan komunitas yang didirikan ini memiliki keuntungan tersendiri baik dari segi materi maupun dari segi kepuasan batin. Menurutnya, dari materi mereka komersilkan budaya tersebut seperti ketika ada acara-acara penjemputan atau acara pengantin.
Sedangkan dari segi kepuasan batin, ia mengatakan ketika berhasil mendidik bibit-bibit baru untuk melestarikan budaya itu akan menjadi kepuasan batin bagi Adjie Bau dg. Sila. Persiapan ketika seni budaya akan dipentaskan.
Demikian juga dikatakan oleh Pandi dg. Mangawing, salah satu anggota dari Komunitas Allasa’ ia mengatakan ada kepuasan tersendiri ketika membawakan aru dan seni musik lainnya ada rasa puas dan rasa syukur karena telah menjaga nilai-nilai adat dari seni yang ia mainkan.
“Berbicara tentang kepuasan batin sangat puas karena kita sangat bersyukur bahwasanya kita masih menjaga nilai-nilai yang ada dalam adat angngaru dan seni budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita,” kata Pandi.
Ketika ditanya mengapa ia tertarik di bidang seni, ia mengatakan itu adalah bawaan lahir karena sejak kecil ia memang menyukai “warna-warna” seni.
Menurutnya seni itu mempunyai nilai tersendiri untuk setiap orang. Oleh karena itu menjaga nilai seni dari suatu tradisi adalah hal yang harus dilakukan generasi muda sekarang agar budaya dan tradisi
lokal akan terus lestari.
Selain bidang musik yang dikuasai, ia juga mampu di bidang sastra seperti membawakan ‘Aru’, seperti yang kita tahu aru termasuk golongan sastra lama. Pandi dengan sapaan akrab Daeng Mangawing mengatakan bermain seni mempunyai manfaat seperti adanya karakter
yang diben…
Penulis: Husnul Hatimah
(Mahasiswi Jurnalistik UIN Alauddin Makassar)