Belajar Mendalam
SEBAGAI pengajar, belajar seperti darah dalam tubuh, harus terus beredar dan diperbaharui setiap waktu. Sejak tahun 2012 aku menempuh jalan motivator. Saat itu belajar seadanya dari video youtube sampai bertemu langsung ke idola. Jarang membeli buku karena masih mahasiswa, jika membeli buku saja payah apalagi ingin ikut pelatihan yang harganya jutaan. Jadilah aku mahasiswa yang selalu berpindah warkop berburu kopi murah dan internet kencang. Tapi, setelah evaluasi proses belajar itu hanya belajar banyak bukan belajar mendalam.
Prinsip kuat dalam belajar saat itu.
“Banyak membaca agar pandai menulis,
banyak mendengar agar mahir berbicara.”
Karena prinsip ini hampir setiap hari aku di warkop untuk mencari tulisan dan video seminar motivator yang sedang terkenal.
Kata Bong Chandra motivator termuda kala itu, “Jadilah sapi ungu, agar mudah dikenali.”
Bahasa bisnisnya kita harus memiliki nilai tambah agar tidak terjebak dalam persaingan berdarah-darah atau red ocean. Saat itu kupilih grafologi atau analisis tulisan tangan menjadi warna ungu-ku. Semua pencapaian itu melalui belajar banyak, kekurangannya kita mudah kehabisan materi dan topik bahasan.
Puncak dari pertobatanku ketika guruku menyampaikan, “Wadah yang kosong hanya bisa mengisi kehampaan.”
Kalimat ini sebuah tamparan mendalam kepada diriku agar mengisi lebih banyak dan lebih dalam. Belajar banyak membuat kita tahu bukan bisa, belajar mendalam membuat kita tahu sampai bisa bahkan sampai menjadi jati diri.
Sering ilmu tidak berbekas ke hati murid. Karena ilmu itu berhenti di lisan kita bukan berasal dari perwujudan hasil perbuatan kita. Sangat keras siksaan pengajar ilmu tapi tidak menjalankan ilmu.
Sebaik apapun kita memoles kata terhadap ilmu yang tidak kita amalkan, tetap akan menguap dan tidak sampai hati murid.
Belajar mendalam merupakan proses belajar rutin dan seksama membedah ilmu, jika untuk ilmu populer ini biasa di bahas saat pelatihan atau kampus. Tentu saja biayanya jarang yang murah, kalaupun ingin murah biasanya itu ilmu agama. Sering menjadi kurikulum di pesantren klasik.
Belajar mendalam yang saya maksud adalah membahas suatu ilmu melalui buku atau hasil kajian, diajarkan oleh guru yang telah mempelajari ilmu itu, guru tadi hafal bahkan yang paling utama telah menerapkannya dalam kehidupannya. Yang paling keren kalau ilmu itu bersambung turun temurun dari guru sampai ke pemilik ilmu itu, istilahnya ilmu bersanad.
Inilah garis keilmuan terdalam.
Ternyata pembelajaran mendalam inilah yang akan menjadikan seseorang bijaksana.
Air Kehidupan
Belajar banyak sering menjadikan kita ingin terlihat berilmu, yang paling buruk untuk menegaskan kalau kita berilmu itu kita bicara lebih banyak dan mencoba lebih meyakinkan. Tapi, ilmu belajar banyak ini rapuh karena tidak mendalam.
Tidak salah, cuma ini jalan yang memalukan untukku.
Sebaliknya ketika hasil pembelajaran mendalam ini dipakai untuk ke dalam diri, hingga melekat menjadi kepribadian. Ilmu itu terus berkembang dan bertambah kualitasnya dalam diri kita.
Belajar banyak penting untuk menentukan ilmu mana yang kita akan tekuni, tetapi kalau nafsu yang menjadi nakhoda hanya kegelapan yang dituju.
Sebaiknya belajar mendalam ini dorongannya hati karena keresahaan bahkan keputusasaan. Ketika menemukan ilmu dan guru yang tepat hati anda damai laksana meminum air yang jernih. Untuk memutuskan untuk konsisten belajar keraguan akan menghantuimu karena hantu setengah mati ingin menggagalkanmu.
Saat gurumu berkata ilmumu sudah mumpuni, saksikanlah semesta mengirimkan muridmu. Dan barulah dirimu menjadi wadah yang berisi air jernih kehidupan, siap dituangkan tanpa harus takut kehabisan. (*)
Seftian Chow
Penulis Buku Rahasia Umum
Makassar, 14 April 2021