Catatan Pinggir dari Desa Lembang Panai

waktu baca 2 menit
Andi Pasamangi Wawo

BukaBaca.ID -Menyusuri jalan setapak berbukit yg berkelok hasil swadaya sejak masa penjajahan. Jalur pintas dari Kota Malino ke kab Maros lewat Kampung Parigi ke Desa Gantarang ini, tepatnya, di lembah Gunung Bawakaraeng Dusun Bossolo Desa Lembang Panai Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

Beberapa tahun belakangan, menurut Gani dan  Dg.Nompo (peduduk), serta seorang tokoh wanita desa itu, bu Winarni Delima, infrastruktur di desanya mulai di’sentuh’ sejak terpilihnya ‘Karaeng Jarung’, seorang tokoh masyarakat asal desa ini jadi Wakli Rakyat.

“Sebaiknya jalan alternatif ini diambil alih Pemprov untuk dianggarkan di DPRD Sulsel”, saran sahabat yang mengundang saya, Fachri Sangaji, SH didampingi isterinya, Dra Suriani (‘Ummi Nonha) yang Buyut, kakek dan org tuanya penduduk asli. Alasannya, agar sinergitas pembangunannya  berkesinambungan dengan  Pemkab Gowa.

“Kalau perlu, di”suntik” dana APBN”, pintanya.
Menurutnya, kalau jalan ini sudah dilicin aspal, waktu tempuh Malino-Maros, paling lama satu jam dibanding saat ini klu dari Maros harus melewati kota Makassar, baru ke Malino yg jaraknya sekitar  90 Km.
Juga, katanya, alternatif sebagai jalur ‘pemecah’ macet yang biasa terjadi saat kunjungan wisatawan Kota Malino membludak, sambil menikmati indahnya “lukisan” alam perbukitan diterpa angin sepoi basah, sepanjang jalan  sebagai destinasi baru.

Saya bagikan “Catatan pinggir” ke pembaca , karena desa ini dulu, menurut penduduk aalinya, banyak menoreh kisah pilu di tengah heroiknya perjuangan dalam merebut kembali kemerdekaan paska Proklamasi.

Menurut mereka, yang menyedihkan karena 78 tahun Negara ini merdeka, selain jalan itu, juga susah dapat signal internet untuk berkomunikasi lewat Handphone.
Kalau anak murid dapat tugas sekolah, mereka harus keluar sampai larut malam cari signal di bukit Bossolo, sekitar 1 sampai 2 km dari pemukiman tanpa penerangan lampu jalan menapak ‘setapak’ kampung membelah persawahan hasil swadaya masyarakat.

Mereka berharap Pemkab Gowa, Pemkab Maros dan Pemprov Sulsel serius ‘berjibaku’ memperhatikan nasib rakyatnya yang hidup dari hasil perkebunan, pertanian dan perikanan darat dengan cara ‘mina padi’.

“Kami butuh jalan pintas yang bisa mengirit biaya transportasi  memasarkan hasil bumi” tutur Gani.

Terwujudnya harapan masyarakat, kelak akan menyejahterakan rakyat di’kaki’ gunung Bawakaraeng dan “kembaranya” Gunung Bulusaraung ini. Yang jelas ‘pundi- pundi’ PAD bisa diraup lewat sektor pariwisata. Apalagi, ada air terjun di ujung kampung desa ini. Semoga.

INDAHNYA LUKISAN ALAM
(Oleh : Andi Pasamangi Wawo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *