Demi Temui Keluarga, Pelaut Nekat Berlayar Sendirian 85 Hari Arungi Samudra Atlantik
bukabaca.id – Seorang pelaut bernama Juan Manuel Ballestero nekat berlayar dengan perahu layar selama 85 hari menyeberangi Samudra Atlantik.
Itu ia lakukan demi bertemu ayah yang sudah renta di Argentina selama lockdown pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Ballestero memulai perjalanannya pada Maret lalu setelah Argentina menutup perbatasan karena pandemi. Demikian dilansir New York Times, Selasa (30/6/2020).
Rasa rindu ingin bertemu ayahnya yang sudah berusia 90 tahun, Ballestero mulai mengisi perahu layar sepanjang 8,8 meter dengan kaleng tuna, buah, dan beras.
Ballestero memulai perjalanan lautnya dari pulau kecil Porto Santo di Portugal dan berencana tiba di Mar del Plata, selatan Buenos Aires, pada hari ulang tahun ayahnya 15 Mei.
Ballestero berangkat dari Porto Santo di kepulauan Madeira dengan 200 euro (Rp 3,2 juta), menurut Euronews.
Namun, badai menyebabkan perjalannya tidak sesuai jadwal, termasuk ombak tinggi di lepas pantai Brasil yang menghantam perahunya dan sempat membuatnya gentar.
Pihak berwenang Portugis memperingatkan Ballestero sebelum perjalanan bahwa ia mungkin tidak dapat kembali. Teman-teman juga mencoba untuk mencegahnya, tetapi tidak berhasil.
Ballestero sudah mantap. Dia yakin mampu mengatasi tantangan kesepian, bahaya, kelaparan, dan kekurangan bahan bakar, dan bagaimana nanti perjalanan ini mengajarinya kerendahan hati.
Menjelang akhir perjalanan, setelah kabar tentang perjalanannnya tersiar ke media, Ballestero membuat akun Instagram untuk mendokumentasikan petualangannya.
Dia mencapai kota kelahirannya pada 17 Juni, tetapi dia harus menunggu 72 jam untuk dites Covid-19 sebelum menemui keluarganya.
“Apa yang saya jalani adalah mimpi,” kata Ballestero saat sampai.
“Perahu layar tidak sampai pada waktunya. Saya tidak bisa menyingkat perjalanan tepat waktu,” kata Ballestero.
“Yah, saya melakukan semua yang saya bisa untuk tiba di sana pada hari ulang tahunmu, Ayah,” katanya.
Ballestero sempat memperbaiki perahunya yang rusak di Brasil dan tiba di Argentina.
Dia harus mengarantina diri selama 15 hari sebelum bertemu ayah atau ibunya yang berusia 82 tahun.
Namun, dua yang pernah berlayar jauh ke Alaska dan Atlantik Selatan untuk memancing, mengaku senang berada di perairan yang lebih tenang.
“Sekarang saya tenang, berlabuh di sini di tengah pelabuhan ini. Tidak ada badai yang mengganggu saya atau kapal yang menabrak saya,” akunya.
Setelah karantina, pelaut itu mengatakan akan tinggal di rumah yang dekat dengan orang tuanya, kemudian berkebun dan beternak sambil melewati musim dingin bersama orang tuanya. (*)