Imbas Larangan Mudik, Sopir: Jangan Sampai Kami dan Keluarga Mati Kelaparan

waktu baca 2 menit

bukabaca.id, Makassar – Beberapa hari terakhir, keluar kebijakan pemerintah terkait larangan mudik lebaran tahun 2021. Hal ini dikarenakan wabah Covid-19 yang masih ada dan angkanya pun masih terus meningkat.

Namun, beberapa konflik muncul setelah adanya kebijakan tersebut. Pasalnya beberapa sopir mobil atau angkutan umum daerah mengalami penurunan omset yang sangat tinggi, karena dilarangnya keluar masuk daerah.

Salah satu sopir daerah, yakni Asrul Accunk menuliskan curahan hatinya melalui media sosial miliknya pribadi. Ia mengaku bahwa kebijakan pemerintah sama halnya membunuh mata pencaharian mereka.

“Kami para sopir angkutan memohon kepada Bapak Gurbenur, walikota dan bupati. Dengan menutup pintu keluar masuk provinsi dan kabupaten secara tidak langsung membunuh mata pencaharian kami,” tulis Asrul Accunk, dikutip langsung oleh redaksi bukabaca.id, Selasa (4/5/2021).

Lebih lanjut, ia juga menuliskan bahwa mereka merasakan kesedihan atas kebijakan tersebut, sementara pembuat kebijakan bisa tertawa bahagia, dan bisa merasakan tidur dengan keadaan kenyang tak kelaparan.

“Jangan biarkan anak-anak kami menangis pilu di saat anak2 kalian tertawa gembira. Jangan biarkan kami kelaparan di saat kalian terlelap tidur karena kekenyangan. Karena anak, istri apalagi kredit mobil kami tidak di tanggung oleh negara,” ujarnya.

“Kenapa harus kami yang dikorbankan karena ketakutan kalian yang tidak kami takuti. Yang kami takuti apabila anak dan istri kami mati kelaparan Karena tidak dapat makan. Siapakah yang bertanggung jawab? Padahal Allah menyuruh kami tetap berusaha dan bertanggung jawab kepada anak dan istri kami. itu yang kami pertanggung jawabkan di akhirat nanti,” pungkasnya.

Tak hanya itu, Sopir angkutan daerah tersebut juga mempertanyakan, mengapa selalu mereka yang dikorbankan dalam hal-hal seperti ini.

“Kenapa kami selalu di hadapkan dengan aparat hukum di bentak di hardik  seakan kami ini teroris..padahal kami ini adalah pejuang dan pahlawan bagi keluarga kecil kami. Di saat kalian berbagi THR kami hanya bisa berkata apakah esok hari anak-anak kami dapat makan? Apakah kalian pernah merasakan di saat semua orang tidur nyenyak ada seorang sopir tetap terbangun dan bekerja menafkahi keluarganya demi memberikan kehidupan yg layak utk anak istrinya,” ungkapnya.

“Apakah ada cara lain yang bijak dengan tidak membunuh mata pencaharian kami..berilah aturan yg adil buat kami semoga dapat hidayah,” tandasnya.

Itulah curahan hati seorang sopir angkutan daerah. Mereka merasa kehilangan mata pencaharian selama adanya penutupan serta penjagaan jalan akibat dilarangnya mudik. Sementara mereka memiliki tanggungan keluarga yang harus dipenuhi. (Dev/Dev)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *