Kisah Perempuan 15 Tahun Bonceng Ayah Naik Sepeda 1.200 Km demi Pulang Kampung
bukabaca.id – Kisah kaum miskin di India akibat lockdown kembali terjadi. Seorang remaja India bersepeda membonceng ayahnya yang sakit pulang kampung sejauh 1.200 kilometer.
Remaja perempuan bernama Jyoti Kumari (15) membonceng ayahnya untuk pulang akibat lockdown di Kota Gurugram, New Delhi.
Kumari sadar mereka berdua akan berisiko kelaparan apabila bertahan karena sudah tidak ada pekerjaan untuk menghasilkan uang.
Ayahnya tidak dapat lagi berjalan karena kecelakaan. Tadinya ayahnya pengemudi angkutan umum sejenis bajaj. Namun, pemerintah memutuskan bajaj bukan aktivitas bisnis yang penting, sehingga dilarang beroperasi selama lockdown.
Kumari mengaku tidak ada pilihan kecuali pulang ke kampung halaman di Desa Darbhanga, negara bagian Bihar. Dengan uang yang tersisa, Kumari membeli sepeda untuk pulang bersama ayahnya.
“Saya tidak ada pilihan. Kami tidak akan dapat bertahan jika saya tidak bersepeda ke desa saya,” kata Kumari dilaporkan The Associated Press, Minggu (24/5/2020).
Selama 10 hari Kumari mengayuh sepeda menempuh perjalanan ke kampung halaman untuk bergabung dengan ibu dan saudara-saudaranya yang sudah lebih dahulu pulang.
Mereka bertahan dengan makanan dan air minum yang diberikan orang-orang yang tidak mereka kenal.
Kumari saat ditemui di rumah orang tuanya mengaku masih merasakan lelah yang sangat.
“Ini perjalanan yang sulit. Cuaca sangat panas, tetapi saya tidak punya pilihan. Saya hanya punya satu tujuan di dalam pikiran saya, yaitu tiba di rumah,” ujar Kumari.
Ayah Kumari, Paswan sempat meragukan anak perempuannya sanggup memboncengnya pulang sejauh itu.
“Saya sejatinya ragu karena dia baru 15, namun saya keliru. Dia meminta saya duduk di boncengan sepeda dan cuek apa kata orang,” ujar Paswan dilaporkan Daily Mail, Senin (25/5/2020).
Saat tiba di kampung halaman, aparat desa menempatkan ayah Kumari di pusat karantina. Mereka sekeluarga menjalani karantina di rumah.
Lockdown untuk mencegah penularan virus corona di India berubah menjadi krisis kemanusiaan dengan ribuan penduduk miskin dipaksa pulang ke kampung halaman mereka.
Sebenarnya Kumari tahu ada kereta khusus untuk mereka yang pulang ke kampung halaman akibat lockdown, namun ayahnya tidak dapat berjalan.
Bahkan tidak sanggup mencapai stasiun kereta. Makanya dia memutuskan untuk membonceng ayahnya dengan sepeda pinknya. (*)