Lebam Dalam Diam

waktu baca 3 menit
Aktivis Perempuan, Wiwin Purnamasari

bukabaca.id – Maraknya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan tiap tahun kian memprihatinkan. Pasalnya belum juga sembuh luka dari kejadian kemarin maka hari ini luka itu kian parah, kasus-kasus ketidakadilan yang dialami perempuan betul-betul telah menimbulkan banyak trauma.

Seperti kasus di salah satu kampus negeri tahun lalu yang tega menghabisi nyawa pasangannya karena pacarnya sedang hamil. Padahal jika dipikir secara logika dan waras harusnya si laki-laki ini bertanggungjawab atas perbuatannya, itu baru satu contoh kasus yang mengerikan, belum lagi yang lainnya.

Hati benar-benar hancur melihat banyaknya kejadian yang dialami perempuan, tapi yang lebih menyedihkan adalah faktanya sebagian besar perempuan takut angkat bicara dan terkekang. Adapun yang berani angkat bicara maka masyarakat akan melabeli dia yang bersalah karena mengumbar aurat ataukah menggoda nafsu birahi laki-laki.

Adakah kita berpikir bahwa harusnya kita belajar bahwa itu sikap yang salah, bahwa selama ini kita berpikir bahwa tubuh perempuanlah yang membuat pelecehan itu terjadi. Berarti kita menutup mata pada penyebab utama kejahatan seksual ini, yaitu keinginan pelaku untuk mendominasi korban.

Ada faktor lain yang menjadi asumsi masyarakat bahwa penyebab perempuan mengalami pelecehan adalah karena pakaiannya, ini benar-benar suatu kebodohan dalam berpikir, kita selalu bisa menilai detail keburukan orang lain, tapi tidak pernah mau mengintropeksi diri.

Perlu ditegaskan bahwa pakaian tidak berpengaruh sama sekali, yang salah adalah otak laknat pelaku yang selalu melihat perempuan sebagai objek seksualnya.
Beberapa hari yang lalu saya pergi ke pasar tradisional bersama teman saya, menyaksikan sendiri pelecehan yang dilakukan oleh seorang bapak kepada seorang perempuan yang sedang berbelanja, ia tiba-tiba memukul pantat perempuan, seketika itu juga perempuan itu kaget dan langsung pergi tanpa berani bicara apa-apa.

Kemudian saya juga melihat seorang laki-laki separuh baya memegang buah dada seorang ibu ketika sedang tunduk memilih barang untuk dibeli, dan mengaku bahwa ia tidak sengaja melakukan itu.

Ini hanya kasus yang sangat kecil dikalangan kita. Sangat memprihatinkan karena terlalu banyak pelecehan yang dimaklumi, terlalu banyak kebejatan yang dibiarkan. Ini jelas akan kian merajalela jika kita tidak mengubah pandangan kita mulai dari sekarang.

Akhir kata dari tulisan saya, saya membuat sebuah sajak keresahan. Semoga sajak ini mewakili keresahan saya dan banyak perempuan lain, dan mari kita berani menuntut dan mendapatkan hak-hak kita.

“Lebam dalam diam” Ada yang tersayat di dalam diriku. Dengan tubuh kerontangku, aku coba berdiri di garis itu. Berdiri dengan suara yang kian lama kian lantang, tapi suaraku hampir habis.

Tapi aku tak kehilangan akal, aku pun berteriak lewat tulisan. Tulisan-tulisanku mewakili keresahan dan kesakitanku. Aku terkoyak-koyak dalam dunia yang kian misoginis. Aku hampir hanyut dalam dunia yang makin lama kian patriarkis Kelam dalam dunia yang tak pernah berhenti memarjinalkan kaumku.

Ini hampir-hampir membuat nafasku sesak, membuat mataku terus berair. Setiap hari berita kekerasan dan pelecehan kian menakutkan!!!

Membela diri sebagai pahlawan tapi akhirnya sama saja, yaitu menjadi toxic!!

Tiap hari makin banyak penyintas. Tapi sayangnya mulut mereka terisolasi. Mereka gemetar dan ketakutan. Diserang mimpi buruk dengan pernyataan di pikirannya.

Sayang sekali, kita selalu melihat manusia berdasarkan jenis kelamin, tapi kita tidak mau melihat melihat manusia sebagai manusia…!

JADI KAMU MASIH MAU DIAM SAJA???

Penulis: Yuyun Purnama Sari
(Aktivis Perempuan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *