Melihat Aktivitas Penyeberangan di Pulau Lakkang: Pendapatan Nakhoda Pas-pasan, Dermaga Sudah Reyot

waktu baca 2 menit
Aktivitas penyeberangan di Pulau Lakkang, beberapa waktu lalu.

bukabaca.id, Makassar – Keberadaan penyeberangan di Pulau Lakkang, Kelurahan Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, telah ada sejak dahulu. Masyarakat setempat banyak menggantungkan hidup di sana.

Seperti Daeng Sija (60), salah satu nakhoda perahu penyeberangan. Setiap hari, bermodalkan perahu katinting dia mengangkut penumpang dari atau menuju Pulau Lakkang.

Lakkang adalah pulau, lebih tepatnya oleh sebagian orang disebut delta, yang berlokasi di di muara Sungai Tallo. Di peta, batasnya sangat tipis, hingga Lakkang tampak bukanlah sebuah pulau terpisah, tetapi pulau yang menyatu.

Biar begitu, Anda tetap harus naik perahu atau katinting bila kita ingin menuju Pulau Lakkang. Penduduk setempat menyebut perahu penyeberangan atau katinting sebagai palimbangang.

Daeng Sija mengaku menggunakan perahu buatan untuk mengangkut penumpang yang bekerja di luar Pulau Lakkang. Dia sesungguhnya ingin menggunakan perahu yang lebih canggih, namun harganya mahal. Sementara penghasilan yang didapatkan dari jasa penyeberangan pas-pasan alias hanya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

Perahu rakitan Daeng Sija sudah lapuk di makan usia, banyak mendapat sorotan dari penumpang. Atap perahu yang bocor serta kayu sandaran penumpang sudah lapuk membuat penumpang merasa tidak aman.

“Perahu yang saya pakai itu buatan sendiri. Karena untuk membeli yang baru dengan ukuran yang besar mahal ki. Uang yang di dapat hanya untuk makan sehari-atau pembeli bensin saja,” Ungkap Daeng Sija kepada bukabaca.id di rumahnya Kelurahan Lakkang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, beberapa waktu lalu.

Dalam sehari, ayah lima anak ini mendapat 20 hingga 30 orang penumpang tergantung banyaknya wisatawan yang berkunjung. Dengan tarif yang dikenakan kepada pengunjung berkisar Rp3.000 untuk satu orang dan Rp5.000 apabila memiliki sepeda motor.

Selain perahu, lanjut Daeng Sija, papan kayu di dermaga pulau yang dikenal sebagai bunker (tempat persembunyian di zaman penjajahan Belanda) ini banyak yang sudah lapuk. Kondisinya sudah reyot, sehigga pengunjung dan masyarakat sekitar tidak berani untuk menginjaknya.

Daeng Sija berharap Pemerintah Kota (Pempkot) Makassar bisa membuat Pulau Lakkang sebagai objek wisata yang lebih dikenal. Lakkang memang menawarkan pemandangan indah.

“Kalau tempatnya bagus pasti pengunjungnya juga banyak. Termasuk bunker yang sudah banyak dijadikan tempat sampah. Itu juga mestinya diurus baik-baik,” ucap Daeng Sija. (Ahmadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *