Mendikbud Ungkap Alasan Ganti UN jadi AN, Simak Selengkapnya

waktu baca 2 menit

bukabaca.id, Jakarta – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim telah mengungkap alasan mengganti Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Nasional (AN). Dirinya menyebut bahwa saat ini sekolah negeri lebih banyak diisi siswa yang mampu secara ekonomi (kaya).

“Aneh kan, siswa dengan tingkat ekonomi tinggi di sekolah negeri, yang rendah di sekolah swasta. Bagi kita yang mikir sekolah swasta mahal-mahal itu mispersepsi. Kebanyakan sekolah swasta di daerah yang tidak mampu,” katanya melalui siaran langsung di Instagram, Jumat (11/12/2020).

Lebih lanjut kata Nadiem, penemuan tersebut diketahui dari hasil seleksi PISA (Program Penilaian Pelajar Internasional). Dalam seleksi yang dilakukan di 77 negara itu, juga dilakukan analisa terhadap latar belakang ekonomi siswa.

Untuk hasil seleksi di Indonesia ditemukan kebanyakan siswa dengan ekonomi rendah justru belajar di sekolah swasta. Nadiem mendapati hal ini bisa terjadi karena sistem masuk sekolah negeri berdasarkan nilai UN.

Masih kata Nadiem, siswa yang bisa masuk ke sekolah negeri adalah yang punya nilai UN tinggi sebelum ada sistem zonasi. Sedangkan yang memiliki nilai rendah tersingkir ke sekolah swasta.

“Yang dapat UN tinggi yang orang tuanya mampu bimbel anaknya untuk dapat angka lebih tinggi. Anak yang enggak punya uang enggak masuk. Lucu kan? Sesuatu hal yang untuk kebaikan malah jadi instrumen diskriminatif,” tambah Nadiem.

Pada beberapa kesempatan Nadiem juga kerap menegaskan bahwa sekolah negeri seharusnya diisi oleh siswa yang tidak mampu karena biayanya ditanggung oleh pemerintah.

Dengan demikian, mantan bos Go-jek tersebut akhirnya memutuskan untuk mengubah sistem seleksi sekolah negeri dan menghapus UN. AN yang menjadi pengganti dibuat sebagai seleksi yang tidak bisa dipelajari lewat bimbingan belajar (bimbel).

Tak hanya itu saja, dirinya juga mengatakan bahwa dengan sistem AN nantinya akan mengukur kemampuan literasi dan numerasi siswa melalui Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang tidak bisa dipelajari seperti UN. AN juga tidak akan berdampak pada siswa, melainkan untuk mengevaluasi sekolah.

Mendikbud pun tidak merekomendasikan sejumlah program bimbel yang mengklaim dapat mempersiapkan siswa untuk AN yang saat ini mulai bermunculan. Menurutnya, upaya itu hanya akan buang-buang uang.

Sistem AN sendiri dijadwalkan akan berlangsung pada Maret-April 2021 untuk jenjang SMP, SMA dan Paket A, B, C, serta Agustus 2021 untuk jenjang SD. Tak seperti UN, AN tidak perlu diikuti semua siswa pada angkatan tertentu. AN hanya dilakukan oleh maksimal 45 siswa kelas VIII dan XI, serta 35 siswa V per sekolah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *