Pak Bupati Sinjai! Masyarakat Nelayan Pulau Sembilan Butuh Bantuan

waktu baca 3 menit
Hatia, warga Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan, Sinjai.

bukabaca.id, Sinjai – Pulau Kambuno merupakan salah satu pulau yang ada di Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.

Mayoritas pekerjaan warga adalah nelayan tradisional yang telah turun temurun menggantungkan hidupnya di perairan Teluk Bone.

Hatia, adalah warga Pulau Kambuno, Desa Pulau Harapan, seakan menjadi inspirasi tentang sikap syukur dan semangat untuk terus berusaha dalam mengarungi kehidupan.

Pasalnya, Perempuan kelahiran 1961 itu menggantikan posisi suaminya sebagai tulang punggung keluarga.

Suami Hatia, Syamsul, sejak tiga tahun lalu harus berdiam diri di rumah lantaran kakinya lumpuh akibat penyakit yang komplikasi.

Setiap pagi, Tia, panggilan akrab ibu Hatia, harus mendayung sampan bercadiknýa menyusuri laut teluk Bone.

Ibu satu anak itu menegaskan, dengan kondisi apa pun, dirinya tidak akan pernah menyalahkan nasib yang di dapatnya,namun Tia berharap ada perhatian pemerintah kepada warga seperti dirinya yang hidup di garis serba kekurangan.

“Kalau tidak melaut apami mau di makan nak, sementara, suami saya lumpuh. Bagi saya malaut atau tidak, semuanya mempertaruhkan nyawa,karna kalau di rumahki saja tidak ada bisa dimakan. Intinya haruski berusaha nak, soal kematian sudah di tentukan Allah,” ujarnya.

Sekira pukul 13: 00, minggu,15/1/2023,dengan sampan bercadik, ibu 1 anak itu baru saja menambatkan sampannya tepat di tangga belakang rumahnya yang sudah reok.

Sembari memilah milih hasil lautnya,dikatakan Hatia,dirinya kerap tak peduli akan cuaca ekstrim, sebab di benaknya, untuk menjaga kepulan asap dapur, tubuhnya yang rentah harus dipaksa melaut.

Meskipun kata Hatia, sudah 3-4 bulan pekerjaaannya selaku nelayan tidak setiap saat dia lakoni,lantaran kesehatannya mulai terganggu, serta sampannya yang kian sepuh.

Istri Syamsul itu mengatakan ingin mempunyai perahu yang menggunakan mesin, dan berharap mendapatkan bantuan pemerintah Kabupaten Sinjai maupun Provinsi Sulsel berupa perahu motor kecil (katinting).

“Harapanku, pemerintah Kabupaten Sinjai maupun Provinsi nakasiki juga perahu yang ada mesinnya, karna selama ini saya lihat bantuan berupa perahu dan mesin hanya diberikan pada nelayan laki-laki. Padahal kami (Nelayan Perempuan ) juga berharap dapat bantuan perahu dan mesin,” ungkapnya.

Hatia, perempuan tangguh itu diketahui tidak hanya menjadi tulang punggung, ia juga harus merawat sang suami, termasuk menggendongnya untuk buang air, maupun duduk di teras rumah,hal tersebut ungkapkan Salahudin, salah satu RT di Desa tersebut.

Dikatakan Salahudin, Hatia mempunyai seorang anak perempuan dan pernah berkeluarga. Anak semata wayang Hatia, kata Salahudin,setelah bercerai dengan suaminya, kini hanya berjualan minuman dingin di warung klontong warga.

Terkait bantuan pemerintah, jelas Salahudin, Hatia hanya mendapat bantuan Program Keluarga Harapan.

“Inilah warga yang seharusnya menjadi perhatian oleh pemerintah, bayangkan, seoarang perempuan yang sudah berumur harus mendayung sampan saban hari, jarak tempuhnya ke Taka (hamparan karang luas) dari rumahnya 1 mil, kalau pulang pergi (PP) berarti 2 mil, dan perai’nya hanya hari Jumat,” katanya.

“Semoga dengan pemberitaan ini nantinya, pemerintah maupun dermawan tergugah hatinya untuk membantu beliau, terlebih rumah ibu Hatia sudah tidak layak huni,” Salahudin memungkasi. (Ir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *