Perbanyak Sebab

waktu baca 3 menit

KEBANYAKAN bisnis di tahun 2020 babak belur agar tetap hidup. Jika tidak lihai atau pemimpinnya setengah hati akan mudah menutup usaha. Tampaknya 2021 berbeda, ada sedikit angin segar berupa ekonomi berputar lebih baik. Upaya vaksin serentak menambah optimisme agar kampus dan sekolah segera dibuka. Strategi apa yang tepat dipakai untuk meningkatkan penjualan di masa transisi?

Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan bahwa Ekonomi di 2020 drop sisa 40%, tahun 2021 diprediksi naik hingga 70% dan normal 100% di tahun 2022. Ini gambaran bahwa tahun ini tidak sesusah sebelumnya. Menandakan bahwa masih banyak yang bisa kita upayakan. Setidaknya motivasi menggenjot penjualan bisa kita maksimalkan untuk merebut ekonomi yang naik 30% itu. Sambil memahami batasannya.

Tentu menggenjot penjualan bukan hal yang mudah, jika sebelum pandemi saja menjual sulit, apalagi setelah pandemi. Belum lagi para tim penjualan juga punya alasan sakral yaitu pandemi. Padahal rumusnya “alasan selalu benar”. Meluruskan alasan pandemi dan memperbarui teknik penjualan merupakan sebuah keharusan di tahun ini. Tanpanya tim penjualan akan berlindung pada alasan pandemi sehingga produktivitas turun. Usaha yang kita pertahankan berdarah-darah sejak tahun kemarin. Bisa saja bangkrutnya di tahun ini, karena mengikuti keluhan tim penjualan.

Membongkar pemahaman dan teknik penjualan saat pandemi harus diuraikan secara jelas lagi tuntas. Harus bisa membedakan mana ranah yang bisa kita kendalikan dan mana ranah di luar kendali kita. Pandemi ini adalah takdir sekeras apapun kita menolak, sudah banyak yang meninggal karena itu. Kendali kita menjaga imunitas diri dan menerapkan 3 M dengan ketat. Seperti datangnya hujan kita tidak bisa kendalikan, tapi menyiapkan payung, datang lebih awal atau memilih kendaraan mobil untuk menerobos saat hujan itulah yang bisa kita kendalikan. Sama halnya penjualan di masa ini, memang sulit. Bahkan beberapa orang tidak punya uang untuk membeli produk kita walaupun ingin. Tapi merupakan kendali kita saat pelanggan sudah punya uang orang yang pertama diingat dan produk yang pertama ia akan beli adalah produk kita. Ini harus benar-benar di upayakan.

Cara-cara normal penjualan agak sulit untuk memenangkan persaingan saat ini, karena kita di era new normal. Era kontak langsung dan tatap muka menjual senyum saat ini kurang berkesan. Karena terbiasa setahun hidup dalam dunia daring, ada yang menikmati kemudahan adapula yang muak.

Penolakan dalam penjualan lebih mudah dalam dunia daring, karenanya tenaga penjual wajib punya teknik baru dalam membuat penawaran, menjaga persepsi pelanggan dan follow up yang menyenangkan. Untuk menemukan teknik ini kita harus duduk bersama lagi untuk merumuskan SOP penjualan kita.

Tapi ada rumus yang tidak berubah, tetap sama sejak di temukan. Yaitu hukum kausalitas atau hukum sebab akibat. Penjualan atau closing adalah akibat. Tenaga penjual mudah stres jika fokus pada akibat. Belum lagi tekanan dari atasan atas target, ekonomi yang belum pulih, pelanggan yang susah ditemui, mungkin saja karena produk kita tidak terlalu di butuhkan.

Ketika stres pekerjaan apapun susah dilaksanakan dengan fokus serta konsisten. Fokus kita harus dialihkan untuk memperbanyak sebab. Lupakan dulu target, akibat atau hasil, Perbanyak sebab-sebab terjadinya penjualan biarkan akibat itu datang layaknya keajaiban. Fokus bergerak, fokus kirim penawaran, fokus mengingatkan, fokus silaturahim, fokus menyapa ‘story-story’ sosmed pelanggan, fokus mendeklarasikan kalau anda masih hidup dan masih menjual produk. Dengan memperbanyak sebab ini, hasil tidak akan berkhianat atau ketika ekonomi pulih kita panen raya.

Beberapa minggu yang lalu saya jumpa sahabat. Ternyata ia pindah dari divisi human capital ke Konsultan atau penjualan. Hanya sebulan ia mencapai bonus 50 puluhan juta di Februari 2021. Saya bertanya apa rahasianya, ia menjawab sering sekali ia tidak melihat matahari karena pergi sejak subuh dan pulang setelah gelap untuk memperbanyak sebab atau aktivitas. Semoga tim penjualan anda tidak menjadikan pandemi sebagai alasan untuk malas dan tidak capai target. (*)

Seftian Chow
Penulis Buku Rahasia Umum
Founder SF Chow Consulting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *