Presiden Jokowi Resmikan Bendungan di Wajo, Plt Gubernur: Terima Kasih Atas Perhatian untuk Sulsel
“Ini bendungan yang sangat besar sekali,” ucap Jokowi.
“Juga berfungsi untuk daerah konservasi yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata dan memberikan alternatif pendapatan baru bagi masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu, Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman menyampaikan terima kasihnya atas perhatian Presiden untuk Sulsel. Hadirnya Bendungan dan Bendung ini akan membantu Sulsel sebagai lumbung pangan Nasional. Apalagi saat ini Sulsel telah menyuplai beras hingga ke 27 Provinsi di Indonesia.
“Mewakili seluruh masyarakat Sulawesi Selatan kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden. Sulsel sebagai Provinsi lumbung pangan Nasional sangat bersyukur atas perhatian Pemerintah Pusat dengan banyaknya pembangunan dan proyek strategis nasional yang dilaksanakan di Sulsel,” ungkapnya.
Baginya, dua infrastruktur di bidang pertanian ini merupakan bentuk apresiasi khusus Pemerintah Pusat dalam hal ini Presiden Jokowi kepada Sulsel sebagai penopang utama Pangan Nasional.
“Kita masyarakat Sulawesi Selatan patut memanjatkan doa sebagai rasa syukur atas apa yang kita capai bersama hingga hari ini,” pungkasnya.
Bendungan Passeloreng dibangun sejak 2015-2020 dengan anggaran Rp771,7 miliar dan memiliki daya tampung 138 juta meter kubik (M3) dan luas genangan 1.258 hektare dan bendungan ini mampu mengairi sawah 8.500 hektare. Sehingga diharapkan dapat menyuplai air yang akan dapat meningkatkan frekuensi tanam.
Meningkatnya produksi lahan juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Bendungan ini juga bermanfaat untuk ketahanan air. Bisa mereduksi banjir sungai Gilireng hingga 489 meter/detik dan menyediakan air baku 145 liter/detik yang akan melayani 6 kecamatan di Kabupaten Wajo.
Sedangkan bendung Gilireng dengan tipe mercu bertingkat dengan lebar bendung 50 meter. Memiliki pintu penguras dengan 4 buah tipe eletrik dengan debit intake 16,34 m3/detik. Memiliki manfaat mengairi daerah irigasi Gilireng seluas 8.500 hektare. Meningkatkan intensitas pertanaman (IP) semula 112 persen menjadi 300 persen untuk padi dan palawija. Juga dapat berfungsi sebagai objek wisata baru. Menelan anggaran Rp200 miliar dengan masa pengerjaan 2018-2021. (*)