Protapkes Diperketat, Wagub Sulsel: Salat di Masjid Boleh, Kenapa Sekolah Tidak Bisa?

waktu baca 3 menit

bukabaca.id, Makassar – Masa pembelajaran dari rumah masih diberlakukan di Sulawesi Selatan. Hal tersebut sesuai dengan surat edaran (SE) Gubernur Sulawesi Selatan tentang Perpanjangan Masa Belajar di rumah hingga 14 November 2020.

Kendati demikian, rupanya saat ini sudah ada dua kabupaten di Sulawesi Selatan yang berstatus zona hijau dan telah mengizinkan siswa dan guru membuka ruang kelas. Kedua kabupaten tersebut yakni Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara.

Terkait adanya sekolah yang melakukan pembelajaran secara tatap muka langsung, Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman meminta agar protokol kesehatan harus diperketat.

Hal itu disampaikan oleh Andi Sudirman saat siaran live di tvOne dalam Program ‘Apa Kabar Indonesia Pagi’ dengan topik “Masih Pandemi, Siapkah Sekolah Tatap Muka?”.

“Alhamdulillah, sejak ditetapkannya Sulawesi Selatan keluar dari zona merah (Covid-19), beberapa wilayah positif rate-nya sudah rendah (melandai),” ujar Wagub Sulsel, Andi Sudirman.

Selain itu, Andi Sudirman mengakui bahwa selama belajar daring ini beberapa kendala yang dirasakan oleh orang tua siswa. Mulai dari akses internet, serta gadget atau komputer. bahkan tak jarang pula orang tua siswa sulit untuk mendampingi anaknya dalam belajar dari rumah.

“Perlu pertimbangan basis zona wilayah. Sulawesi Selatan tidak bisa disamaratakan dengan daerah lainnya, karena kita memiliki geografis yang beragam, seperti wilayah terpencil,” kata Wagub Sulsel.

Lebih lanjut, indikator saat sekolah sudah layak menerapkan belajar secara langsung perlu melihat dengan sistem bottom up. Ia pun mengaku, bahwa dalam sekolah secara tatap muka langsung harus melakukan dengan beberapa pertimbangan.

“Pengusulan dari bawah. ketika sekolah, orang tua siswa atau wali siswa setuju dan berkoordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten. Serta harus turun ke bawah untuk melakukan verifikasi, termasuk melihat fasilitas protokol kesehatannya seperti tempat cuci tangannya. Jadi jika sekolah memenuhi syarat secara kondisi dan situasi di lapangan dan selama pandemi positif rate-nya rendah. Bisa menjadi pertimbangan (sekolah dibuka/belajar tatap muka langsung) dan kita akan buat SOP-nya,” jelas Andi Sudirman.

Beberapa sekolah pun sudah mulai menerapkan tatap muka langsung. Seperti di Kabupaten Toraja Utara dan Tana Toraja, melihat positif ratenya sudah mulai melandai. Beberapa sekolah vokasi pun sudah menerapkan belajar dengan tetap langsung.

“Sudah ada beberapa sekolah yang sudah buka. Seperti sekolah vokasi misalnya Kehutanan/Peternakan. Tidak mungkin kita mengharapkan mereka belajar di rumah ketika vokasi mengharuskan belajar praktek lapangan lebih banyak. Jadi mereka harus turun ke lapangan, tetapi tentu harus dengan protokol kesehatan yang ketat,” pungkasnya.

Bukan hanya itu saja, Wagub Sulsel juga mengaku setuju jika adanya pembukaan sekolah terbatas dengan tatap muka langsung. Dengan mempertimbangkan bagi pelajar yang mulai paham pentingnya mengikuti protokol kesehatan dalam pandemi covid-19 ini, seperti pelajar SMP/sederajat dan SMA/sederajat.

“Saya pikir ini sesuatu hal yang tidak ada persoalan, ketika kita sudah membolehkan salat berjamaah di Masjid dengan protokol kesehatan. kenapa kita tidak boleh menerapkan di sekolah dengan wilayah yang positif rate-nya rendah. tentu harus ada verifikasi ketat dan pengawasan yang ketat dan ada fasilitas pelayanan kesehatan. Kita berharap adanya semi homeschooling dengan melakukan sistem hari ini masuk, besok tidak. Komitmen orang tua untuk memastikan selama transit sekolah rumah ketat penjagaan serta SOP memenuhi matrix persyaratan,” terangnya. (Arw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *