Resmi Bergelar Doktor, Alwan Suban Rupanya Sempat Terhambat Bayar SPP saat Tempuh Pendidikan S1

waktu baca 3 menit

bukabaca.id, Makassar – Kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan (AUPK) UIN Alauddin, Drs Alwan Suban M Ag baru-baru ini berhasil meraih gelar Doktor (S3) di Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dengan predikat Sangat Memuaskan, pada Selasa (7/9/2021).

Sukses menyelesaikan program doktoralnya dalam Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI), mengingatkan masa-masa dirinya selama memutuskan merantau ke Makassar menempuh pendidikan pada 1983 silam. Termasuk saat memasuki semester 3, memaksa dirinya memutar otak lantaran tersandung biaya SPP.

“Disambutan saya bilang, sepertinya saya mimpi di sini berdiri sebagai calon kandidat Doktor. Karena dilihat dari latar belakang orang tua, tidak mungkin rasanya saya raih gelar ini,” ujarnya, Rabu, (8/9/2021).

Capaian sejauh ini bermula saat dirinya merantau ke Makassar bermodal Rp 300 ribu. Sembari menunggu pendaftaran di UIN yang saat itu masih IAIN, mantan Kabag Kemahasiswaan ini mengikuti salah seorang teman yang mempunyai keluarga di Kota Daeng sebagai tempat istirahat untuk beberapa hari, tepatnya di Perumnas.

Setelah dinyatakan lulus di UIN, Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin, pria yang menyelesaikan program Megisternya di Jurusan MPI, UMI 2003 lalu ini meninggalkan Perumnas dan memilih tinggal di Masjid Al-Azhar yang berada di Alauddin.

Perjalanan kuliah Alwan tak serta merta berjalan mulus. Memasuki semester 3, uang tabungan Rp300 ribu tersebut habis. Sementara di sisi lain secara bersamaan biaya SPP saat itu memasuki tahap pembayaran.

Jalan satu-satunya yang harus ia tempuh, memberanikan diri mendatangi kediaman Dekan Ushuluddin dengan menyampaikan masalah yang dihadapi.

“Ibu Dekan saat itu sempat terdiam dan tidak bisa memberikan jawaban. Berselang beberapa waktu, dia bilang, siapa namamu, besok kuliah di ruangan mana, nanti saya suruh pegawai panggil, kau pulang dulu,” kenangnya.

Keesokannya, setelah kuliah Dekan dan pimpinan fakultas lainnya telah merapatkan masalah yang ia alami. Mereka terang Alwan, menyepakati untuk memberikan biaya SPP, tetapi dengan syarat harus bekerja di fakultas, seperti memasak air hangat untuk pegawai dan dosen, menyapu di kelas dan membuka pintu fakultas.

“Begitu saya lakukan sampai tamat Sarjana Muda tahun 1984. Saya lanjut program kuliah S1 sudah bekerja sebagai asisten dosen, juga aktif kerja di bagian asuransi jiwa,” urainya.

Pintu titik balik Alwan kian terbuka, puncaknya, ia mampu menembus penerimaan Calon Pegawa Pencatat Nikah (CPPN) bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Islam dan Dirjen Bimas Islam hingga menjadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA), Kabupaten Bantaeng pada 1995.

Empat tahun di Bantaeng, ia kembali memasuki dunia kampus IAIN pada 1999 sebagai staf di Fakultas Dakwah. Selanjutnya, dipromosikan menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU) Rektorat, dan kembali pindah ke Dakwah sebagai Kasubag Akademik.

Setelah Fakultas Sains berdiri, ia dipercayakan menata akademik di Fakultas tersebut dan kembali di tempatkan di Kabag Umum Rektorat, lalu terakhir sebelum menjabat Kepala Biro AUPK, ia diamanahkan sebagai Kabag Kemahasiswaan.

“Luruskan niat dulu, ingat pesan orang tua saat kita meninggalkan kampung halaman, harus disiplin. Utamakan kuliah, organisasi urutan kedua. Bukan berarti dilarang, di organisasi kita dilatih pengembangan ekstrakulikuler. Kualitas akademik ditunjang pengalaman organisasi,” pesan Pria kelahiran Lamakera Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *