Rumah Warga di Mamuju Terancam Hanyut karena Abrasi

waktu baca 2 menit
Tampak rumah warga hampir hanyur karena abrasi.

BukaBaca.id, Mamuju – Warga Desa Beru-beru, Kelurahan kalukku, kabupaten Mamuju, merasa khawatir jika air sungai kalukku meluap dengan volume debit air yang besar.

Kepala Desa Beru-beru, Asnawawi, mengungkapkan setiap kali musim hujan air sungai kalukku meluap ke pemukiman warga serta mengikis lahan perkebunan warga setempat.

“Sebenarnya kami sudah mengusulkan permohonan ke pihak balai PUPR kabupsten Mamuju sejak tahun 2019 lalu. Dari pihak balai sudah tinjau namun terkendala karena faktor covid-19 ada recovucing anggaran,” katanya.

Asnawi menyampaikan bahwa dalam jangka waktu dekat akan kembali menyambangi pihak balai PUPR kabupaten Mamuju untuk menindak lanjuti usulan permohonan pembuatan tanggul di sepanjang bantaran sungai.

Dia mengaku bahwa di musrembang tahun 2022 lalu cuma satu program yang diusulkan, yakni permohonan pembuatan tanggul sungai.

Diketahui, luapan air hingga banjir itu pun pemukiman warga terdampak. Di sekitar pemukiman tampak terjadi abrasi.
Dari pantauan awak media dan keterangan salah seorang warga, ada empat dusun terdampak, yakni Dusun Babalalang, Dusun Tarawe, Dusun Kampung Baru dan Beru-beru.

“Kami berharap agar pemerintah daerah serta pemerintah provinsi melalui APBD atau APBN agar mempertimbangkan apa yang menjadi kekhawatiran warga kami saat ini,” ungkap Asnawi.

Selain itu, kata dia, jika tidak ada penanganan atau pencegahan maka tidak tahu lagi berapa kisaran kerugian yang dialami oleh warga kami.

“Jika pemerintah serius maka untuk sementara semestinya ada semacam normalisasi sungai dulu , untuk memanimalisir dampak luapan sungai kalukku,” Asnawawi memungkasi.

Sementara itu, salah satu warga Dusun Kampung Baru, saharuddin, menduga hal itu terjadi akibat pembangunan tanggul batu gajah di bantaran sungai kalukku yang menyebabkan aliran sungai berpindah posisi yang menyebabkan air sungai meluap sampai kepemukiman warga dengan volume air setinggi stengah meter.

“Dulunya jarak sungai dari perkampungan sekitar satu kilo lebih, namun sekarang jaraknya diperkirakan sisa lima meter akibat terkikis secara perlahan lahan,” jelasnya.

Diketahui bahwa daerah aliran sungai sebelumnya adalah perkebunan milik warga memiliki tanaman berupa tanaman kakao, pisang, dan kelapa, namun sekarang menjadi bentangan sungai yang luas.

“Saya selaku warga yang terkena dampak abrasi berharap agar pemerintah serius dalam menangani kekhawatiran kami, apa jadinya jika rumah kami dihanyutkan oleh derasnya sungai kalukku,” tutup saharuddin. (Andika)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *