Sulsel Targetkan Bebas Inflasi Cabai Melalui Program 50 Juta Bibit Pohon
BukaBaca.id, Makassar – Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Bahtiar Baharuddin, membuka pelaksanaan Rapat Koordinasi Daerah dan Launching Hasil Sensus Pertanian 2023 (ST2023) yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, di Hotel Dalton, Makassar, Selasa (5/12/2023).
Dalam sambutannya, Bahtiar menyampaikan tema pelaksanaan kegiatan Data ST2023 Untuk Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Sulsel ini sejalan dengan upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel melalui program prioritas pada masa transisi dalam setahun ini, terutama terkait dengan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan.
“Nah, ini cocok (tema acara) kedaulatan pangan. Daulat itu, ya, mandiri, bahkan bisa memberi ke daerah lain karena di Sulsel yang sampai daulat pangan itu baru mungkin 3 sampai 4 komoditas, seperti beras padi, 3 juta ton. Produksinya, 1 juta ton kami makan, 2 juta ton kami lepas ke daerah lain, tapi kadang-kadang lebih bagus harganya di Maluku, Papua, di Kalimantan, kadang-kadang di sini yang kurang. Ini sedang kita kelola, alhamdulillah, sudah terkendali berkat dukungan BPS juga,” ucapnya.
Beberapa sektor pertanian yang akan menjadi perhatian pemerintah provinsi dalam menjalankan kedaulatan pangan, kata Bahtiar, salah satunya kedaulatan pangan cabai yang akan membantu menekan inflasi di Sulsel. Ini mengingat harga cabai pada tahun depan diperkirakan akan melonjak.
Untuk itu, Bahtiar menargetkan Sulsel menjadi provinsi pertama di Indonesia yang bebas inflasi cabai melalui program 50 juta bibit pohon cabai dan secara agresif akan mulai dijalankan pada akhir tahun ini.
“Di tahun depan entah di triwulan I atau masuk di triwulan II kita bisa deklarasi, Sulsel itu provinsi pertama dalam sejarah sejak Indonesia merdeka bebas inflasi cabai, karena sejak Indonesia merdeka 70-an tahun yang lalu belum ada provinsi di Indonesia ini yang bebas inflasi cabai sampai hari ini. Kita diskusikan tiap minggu tidak diselesaikan hulunya,” ungkapnya.
Terkait dengan produksi komoditas cabai di Sulsel, Bahtiar mengatakan produksi cabai di Sulsel cukup besar terutama yang ada di sejumlah daerah, seperti cabai katokkong Toraja, cabai solo II di Enrekang, di Kabupaten Wajo, dan beberapa daerah lainnya dengan jumlah lahan cabai yang mencapai ribuan hektare yang disuplai ke berbagai daerah melalui Badan Pangan Nasional.
Bahtiar mengungkapkan, keinginannya untuk meningkatkan produksi cabai di Sulsel tidak lain untuk membantu menekan inflasi di daerah ini. Menurutnya, dari sisi jumlah, cabai di Sulsel kelebihan, tetapi inflasi juga masih cukup tinggi. Itu disebabkan penjualan cabai di pasar tidak berfokus pada pasar industri dan rumah makan saja.
Pada kesempatan itu, Bahtiar juga berharap melalui peluncuran hasil Sensus Pertanian 2023 (ST2023), BPS Sulsel dan juga pemerintah kabupaten/kota dapat terus melaksanakan berbagai kegiatan di Sulsel dalam upaya turut berpartisipasi menekan inflasi di daerah ini.
Kepala BPS Sulsel, Aryanto, menyampaikan rasa terima kasihnya ke Pemprov Sulsel, kepala BPS kabupaten/kota, dan seluruh masyarakat yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam pelaksanaan ST2023.
“Kerja keras kami dari BPS tentu tidak ada apa-apanya bila tidak ada dukungan dari pemerintah daerah. Untuk itu, kami atas nama BPS menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Penjabat Gubernur beserta jajarannya yang turut aktif mensosialisasikan dan mendukung pelaksanaan ST2023,” ucapnya.
Pelaksanaan ST2023 ini, kata Ariyanto, melibatkan seluruh pihak termasuk kepala BPS kabupaten/kota dan jajarannya yang telah bekerja keras menyukseskan. Petugas yang dikerahkan dalam pelaksanaan sensus ini sebanyak adalah 8.036 petugas lapangan dan 1.561 petugas pengelola.