Takut Sholeh
Al kisah di sebuah kampung gempar karena di musim penghujan ada pohon yang tidak bisa ditebang. Kalau dibiarkan bisa rubuh dan mengenai tiang listrik bahkan rumah warga. Berbagai alat tidak mempan untuk menebang kapak seolah-olah tumpul dan mesin pemotong sering ngadat atau hanya bertahan beberapa menit. Kesimpulan sementara warga pohon ini ada jin penunggunya. Penebang sudah membaca banyak doa dan orang sekitar juga turut mendoakan tapi masih tidak mempan.
Ada usulan warga untuk mencari orang sholeh di kampungnya untuk mendoakan agar pohon bisa ditebang. Semua membicarakan pak Sholeh tukang cukur yang amat rajin beribadah dan paling baik akhlaknya. Awalnya ia menolak tapi desakan sudah dari orang sekampung, Pak Sholeh tidak punya pilihan untuk menolak lagi. Pak sholeh datang setelah shalat dhuha ke dekat pohon disaksikan banyak mata. Membaca Al Fatihah dan beberapa doa lainnya.
Seketika beberapa mesin yang disangka rusak disekitar pohon menyala sendiri hingga pohon sangat mudah dipotong. Pak Sholeh pun jadi pahlawan kala itu, karena terkenal banyak yang mengundang Pak Sholeh untuk menjadi pembaca doa selamatan, aqiqah anak, bahkan jika ada gangguan jin lainnya.
Setahun kemudian saat masuk musim penghujan, ada pohon lagi yang sulit ditebang. Warga sudah punya SOP atau prosedur untuk menyelesaikan masalah ini. Pak Sholeh datang membaca doa yang sama seperti tahun sebelumnya. Tapi sayang tidak ada nuansa doa yang mustajab kali ini, pohon masih sulit ditebang. Warga kebingungan apalagi pak Sholeh lebih kebingungan campur malu.
Seketika dari kerumunan warga ada orang yang tertawa terbahak-bahak karena kesurupan. Jin yang merasuki warga mengatakan dulu mereka takut kepada doa pak sholeh karena hatinya tulus dan suci hingga doanya seperti panah berapi, kini hatinya penuh dengan pujian dan kesombongan hingga doanya seperti angin lalu. Malunya pak Sholeh ditertawakan jin. Para warga mencari orang sholeh dari kampung sebelah lain.
Kisah diatas saya tulis ulang dengan bahasa sendiri, yang mungkin saja itu pernah terjadi di sekitar kita. Tentang bagaimana ketulusan yang kering dihisap kesombongan dan haus pujian. Pujian dan penghargaan sebuah kehormatan yang hampir dicari semua manusia, tapi ketika ia terlena bahwa semua pujian itu hanya untuk memuji manusia yang lemah. Naiklah setan menunggangi rasa itu didalam hati semakin lama maka semakin menggerogoti hati kita yang rapuh. Hingga hati yang utuh untuk Allah bergeser.
Nabi Muhammad SAW manusia paling agung dan mulia dimuka bumi ini tercatat sudah tiga kali dibedah hatinya oleh malaikat. Ketika beliau berumur dua tahun, sebelum menerima wahyu dan sebelum menghadap Allah pada peristiwa isra mi’raj. Dibelah dadanya untuk dikeluarkan hatinya kemudian dipotong sedikit bagian mana yang hati itu tempat setan bisa tinggal, kemudian dicuci menggunakan air zam-zam didalam bejana yang dibawa malaikat dari surga.
Setelah bersih dikembalikan kembali kemudian dijahit kembali oleh malaikat. Karena peristiwa ini Halimah ibu susuan Rasulullah SAW mengembalikannya kepada ibu kandung beliau. Karena khawatir melihat bekas jahitan di dada padahal ia sangat menyayangi Muhammad SAW saat itu.
Bagaimana dengan hati kita? Tidak pernah dicuci. Tapi kita selalu merasa bersih. Karenanya terlalu mudah untuk menghujat dan merendahkan orang lain. Dan kita merasa benar, sungguh hati kita telah ditunggangi setan.
Pak Sholeh bisa saja menganggap dirinya terkenal merupakan berkah dari Allah. Tapi apakah hatinya bisa utuh seperti sebelum terkenal untuk Allah. Terkenal tentu mendapatkan banyak porsi di hati pak sholeh sebut saja Amplop setiap diundang, di puja-puja lantaran kehebatan doanya, penghormatan orang lain yang kadang berlebihan. Semuanya jika masuk ke hati atau ketagihan sungguh akan merusak ketulusan. Kecuali Pak Sholeh memaknai semua puja puji dan penghormatan itu untuk Allah semata dan ia hanya jadi perantara kuasanya Allah.
Saya pernah diskusi dengan sahabat, ia menyampaikan kalau tidak ingin terkenal seperti orang kebanyakan. Ia ingin hidup sederhana dikampung kalau bisa tidak ada orang yang kenal untuk menikmati manisnya beribadah dengan Allah. Saya heran saat itu, tapi setelah membaca kisah pak Sholeh diatas saya paham.
Ada beberapa orang disekitar kita lebih suka dilihat tidak sholeh, supaya ia tidak terkena fitnah berupa pujian. Hingga ada yang serupa dengan orang gila untuk menyembunyikannya. Beberapa kita pasti ingin menghujat pilihannya tapi sekali lagi kita bertanggung jawab atas diri masing-masing.
Jangan sibuk menyalahkan dan menghujat. Tapi sucikan hati kita masing-masing karena hati kita tidak pernah dibelah seperti Rasulullah SAW.
Seftian Chow (Penulis buku RAHASIA UMUM)