Tantangan Perkawinan di Masa Lalu
Dalam beberapa kasus, ditemukan juga bahwa gagalnya pernikahan di masa lalu disebabkan oleh tingginya nilai mahar bersama doe’panai yang diminta oleh pihak perempuan. Sebenarnya permintaan doe’ panai dan mahar yang besar itu adalah suatu pertanda bahwa sebenarnya pihak perempuan tidak menghendaki pernikahan itu sampai terjadi. Salah satu cara adalah dengan meminta mahar dan doe’panai yang kira-kira tidak akan disanggupi oleh pihak laki-laki.
Kodong pakkodong-kodongba
Kodong pangera tambana
Na anne nakke
Tide’ laku pattambaang
Kelong diatas adalah siatuasi tawar menawar, apakah itu mahar, doe’ panai atau syarat lainnya agar proses menuju pelamaran dapat dilaksanakan. Tawar menawar biasanya dilaksanakan dalam pertemuan awal dimana pihak laki-laki secara adat bertamu ke rumah pihak perempuan untuk menyampaikan kata pengantar lamaran. Setelah ada titik temu yang disepakati barulah kemudian kedua belah pihak menentukan hari lamaran resmi untuk kemudian menentukan tanggal perkawinan.
Keluarga dari pihak laki-laki, yang dimintai doe’ panai bersama mahar hanya mampu menjawab lewat kelong-kelong, seperti kelong diatas, kodong pakkodong-kodongba, sampai minta maaf atas ketidakmampuan kami memenuhi permintaan keluarga perempuan, kodong pangera tambana, tetapi pihak perempuan tetap meminta tambahan uang pesta/doe’panai bersama sunrang/mahar, na anne nakke, sementara kami dari pihak laki-laki tidak memiliki kemampuan lagi untuk menyanggupi permintaan itu karena, tide’ laku pattambaang, tidak ada lagi harta yang kami miliki untuk memenuhinya.
Demikian itu cerita dari masa lalu, dimana peristiwa diatas masih bisa ditemukan sampai hari ini. Dimana salah satu penyebab gagalnya pernikahan karena besarnya mahar/sunrang dan juga besarnya permintaan dari pihak si gadis terkait dengan uang pesta/doe’ panai.
Dari pihak laki-laki yang tidak lagi sanggup untuk memenuhi permintaan dari keluarga pihak perempuan, tentu akan menyampaikan informasi tersebut kepada anak laki-lakinya bahwa demikian itulah hasil pembicaraan sesama keluarga dimana pada akhirnya kami (orang tua bersama keluarga lainnya) telah berkesimpulan untuk membatalkan rencana pernikahanmu.
Sebagai laki-laki yang memahami kondisi rumah tangga keluarganya hanya bisa pasrah dan berdoa bahwa peristiwa yang menimpanya hari ini adalah bagian dari cobaan hidup, bahwa jodoh, umur, dan rezeki sudah diatur oleh Allah Taala, Tuhan yang maha kuasa.
Diapun kemudian mendatangi kekasihnya dan menyampaikan permintaan maaf, bahwa hubungan mereka harus berakhir disini. Diapun kemudian pamit dengan menitipkan sebuah kelong yang sangat indah sebagai berikut:
Battuma rate ribulang
Akkuta’nang ribintoeng
Iya kananna
Bonting lompo juako sallang
Battuma rate ri bulang, saya terbang ke bulan di angkasa raya, akkuta’nang ri bintoeng, bertanya kepada bintang-bintang, iya kananna, bulan dan bintang menyampaikan jawaban kepadaku tentangmu, bonting lompo juako sallang, bahwa di masa depan kamu akan melangsungkan pesta besar dengan seorang laki-laki yang menjadi jodohmu.
Ada baiknya kalau kelong-kelong diatas
Kita ulang kembali, agar mudah diingat
Sebagai bagian dari kisah cinta
Di masa lalu…
Masa lalu…
Adalah masa-masa indah
Dimana dulu orang berpacaran
Dapat menikmati kebahagiaan diantara mereka
Walaupun itu hanya lewat selembar surat
namanya SURAT CINTA..
Bulaeng boja rapannu
Intan boja simpolenu
Andaki tenta
Andaki assalambira
Passiringang sallo tajang
Benteng sallo ngantalai
Na tola’ baung
Gele geo’ ri tampa’na
Lepa-lepa batang bito
Sombala taha tiboang
Manna luranna
Pimping nulaerang jekne
Battuma rate ribulang
Akkuta’nang ribintoeng
Iya kananna
Bonting lompo juako sallang
REMBULAN MALAM
Penulis: Andi Mahmud