Ada 3.900 Warga Mengunsi karena Gempa, PDM Selayar Siapkan Bantuan, Fokus di 2 Desa Terjauh

waktu baca 3 menit

bukabaca.id, Kepulauan Selayar – Gempa magnitudo 7,4 berpusat di Laut Flores yang terjadi pada Selasa (14/12/2021) lalu, menyebabkan ratusan rumah warga di kecamatan Pasimarannu dan Pasilambena, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami rusak berat.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Selayar, di Pasimarannu tercatat sebanyak 3.353 KK dan di Pasilambena sebanyak 2.158 KK, sehingga total sebanyak 5.511 KK dinyatakan terdampak.

“Sampai Rabu (15/12/2021), ada 3.900 warga yang mengungsi di Pasimarannu,” demikian laporan yang diterima bukabaca.id, Sabtu (18/12/2021).

Menyikapi dampak gempa tersebut, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kepulauan Selayar, bergerak cepat melaksanakan rapat koordinasi internal yang dilaksakan pada Kamis (16/12/2021), dipimpin langsung oleh Ketua PDM, yakni Abdullah.

Rapat tersebut dihadiri beberapa anggota PDM, majelis lembaga terkait, Angkatan Muda Muhammadiyah dan dua personil asistensi dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel.

Sementara itu, Hasanudin Wiratama, personil MDMC Sulsel yang rencananya akan mendampingi relawan Muhammadiyah Kepulauan Selayar, mengatakan bahwa selama respon tanggap darurat berdasarkan hasil rapat, memutuskan respon tanggap darurat akan dikoordinir dari Kantor PDM Kabupaten Kepulauan Selayar, di Jalan Kartini No. 17, Kecamatan Benteng sebagai Pos Koordinasi (Poskor).

Menurutnya, respon Muhammadiyah akan difokuskan di Pulau Kalaotoa, yaitu di Desa Garaupa, dan Desa Garaupa Raya, Kecamatan Pasilambena. Kedua desa tersebut merupakan desa terjauh dari Pulau Selayar dengan jarak tempuh kurang lebih 12 jam.

“Dengan posisi desa terjauh tersebut, kemungkinan keduanya tidak tersentuh oleh lembaga kemanusiaan lain. Selain itu, jumlah rumah warga yang rusak berat di kedua desa tersebut paling banyak di bandingkan desa-desa lain di Pasilambena yaitu Desa Garaupa 20, Garaupa Raya 34 rumah,” ucap Hasanudin.

Dikatakannya, kendala yang akan dihadapi dalam respon gempa ini, adalah jarak tempuh yang jauh dari ibu kota Kabupaten Selayar.

“Ada 3 alternatif transportasi laut dari pelabuhan Benteng, Pulau Selayar ke pelabuhan Kalaotoa, yaitu dengan kapal feri dan kapal Pelni, keduanya berlayar sekali sepekan, dengan waktu tempuh selama 24 jam. Kemudian menggunakan kapal kayu milik warga Kalaotoa dengan waktu tempuh 10-12 jam, namun jadwal keberangkatan tergantung pada pemilik kapal,” ujarnya.

Namun, kata Hasanudin, untuk pengiriman barang logistik dan bantuan, jika jumlah cukup banyak bisa menyewa satu kapal kayu milik warga.

“Kalau barang banyak rencananya kita akan sewa kapal. Alasannnya agar tim relawan bisa mengatur jadwal sendiri,” pungkasnya.

Sekretaris MDMC Sulawesi Selatan, melaporkan warga pulau yang ada di sekitar pusat gempa sempat mengungsi ke tempat lebih tinggi karena adanya peringatan dini tsunami yang dikeluarkan BMKG.

“Di Bonerate, warga mengamankan diri di ketinggian satu jam setelah gempa itu terjadi. Sedangkan di Kalaotoa, masih dianggap aman dari sisi ketinggian karena rata-rata gunung,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua MDMC Kabupaten Sikka, NTT, Darman Eldin, menceritakan saat terjadi gempa sempat mengungsi ke perbukitan untuk mengamankan diri .

“Bersama warga Nangahure Lembah dan rombongan Lanal Maumere menuju di titik aman bukit jauh dari bibir pantai karena kami trauma dengan tsunami tahun 1992,” kata Darman. (ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *